Perempuan Pencemburu itu Aku
Tuhan menciptakan semesta alam ini, manusia, hewan, tumbuhan , langit, bumi, matahari, bahkan semua rasa yang ada. Begitupun dengan rasa cinta.
Aku bersyukur bisa berkenalan denganmu, lalu tanpa kutahu pasti kapan rasa itu mulai tumbuh dihatiki. Aku tak menginginkan apa-apa selain kamu baik-baik saja berada didekatku. Bukan maksudku, kau selalu ada disampingku tak berjarak, bukan. Bukan juga, kau selalu menhubungiku setiap saat, setiap waktu, bukan. Aku tak menginginkan lelaki yang terus menemaniku. Aku menyukai lelaki yang sibuk tapi dalam koridor melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembanya.
Adakah sebuah perjalanan tanpa godaan?
Lalu, adakah perasaan tanpa kecemburuan?
Menurutku tidak ada, milayaran manusia dimuka bumi ini pasti merasakan apa itu cemburu. Entah itu cemburu pada pasangan, atau pada hal lainya. Aku ini gadis seperti yang lainnya. Gadis biasa yang hatinya juga bisa cemburu.
1. Awalnya aku memiliki rasa cemburu yang normal
Berada diposisimu memang tak mudah, kau memiliki beban dan tanggung jawab yang sangat besar. Aku memaklumi, memahamimu kau dengan kesibukanmu, aku biasa saja. Toh, kamu meninggalkanku sebab urusan kesbibukan. Aku akan , menungguimu sampai larut malam, menunggu kau selesai rapat. Menanyakan kesibukanmu seharian, dan kau menanyakan aktivitasku apa saja yang ku lakukan. Itu sudah, lebih dari cukup. Meski kadang, ada rasa iri dengan pasangan lain. Mereka bisa menikmati waktu berdua dan menyedu teh manis disuatu tempat. Aku tak mengkhawatirkan apa-apa sebab ku percaya denganmu.
2. Berani Jatuh Cinta, harus Menanggung Resiko
Kata-kata itu, yang sudah ku tanamkan pada diriku sendiri. Segala tindakan atau perilaku didunia ini pasti ada sebab-akibat, pilihan dan berbagai macam resiko. Resiko terbesar yang kutakutkan adalah hal yang ku sebut "takut kau berpaling". Aku tahu akan banyak wanita disekelilingmu yang jauh lebih baik dariku. Entah itu, kecerdasannya, ketaatan agamanya, tutur katanya, perilakunya, dan lain sebagainya. Ya benar saja, sekitar bulan Januari lalu. Aku baru pertama kali mencercapi rasa cemburu, cemburu yang membuat sesak didada. Bahkan, aku tak ingin mengingatnya lagi. Karena mengingat kejadian itu seperti luka yang diberi perasan air jeruk nipis? Kau tahu rasanya? Dan aku memilih untuk tidak mengingtanya. Lalu kuanggap tidak pernah terjadi du kehidupanku. Sebab, aku tak ingin merasakan hal itu lagi.
3. Namun, kecurigaanku bisa meledak
Setelah kejadian itu, aku sering was-was. Pikiran dan hatiku sering bergulat. Tidak! Aku mencoba menelponmu dan nomermu sibuk ? Apa yang sedang kau lakukan disana? Dengan siapa ? Pikiran terburuk mulai menguasaiku dan dengan pikir panjang aku menjejalimu dengan rentetan pertanyaan yang tak memberikan kesempatan untuk kau menjelaskan. Aku menangis bodoh dan kecewa atas ketidaktahuanku.
Pada akhirnya kebenaran menemuiku, tiada satupun pikiran terburukpun tentangmu yang terjadi. Sebuah tugas membuatmu harus sibuk dengan ponsel dan kegiatanmu. Lagi dan lagi egoku membawaku pada pertengkaran kita. Namun, kau tak pernah bosan untuk selalu sabar menghadapiku.
4. Maafkan Aku yang Pencemburu
Sekali lagi, aku adalah gadis biasa yang hatinya bisa cemburu. Tapi maafkanlah, yang akhir-akhir ini melewati batas normal. Ini hanyalah soal waktu, untuk sementara jagalah kepercayaanku. Sembari aku belajar mengontrol rasa cemburuku, dewasakan aku bersamamu. Maafkan aku, ketika kau tak terjangkau okeh indera penglihatanku.
5. Ajari aku bersikap layaknya Perempuan Biasa tanpa mengubah siapa aku sebenarnya
Usiaku memang sudah bisa dikatakan dewasa, sudah lebih dari tujuh belas tahun. Namun, aku akui sikapku masih kekanak-kanakan. Aku tahu cemburu itu seharusnya pada keadaan yang semestinya. Tidak semestinya kepada engkau dan kesibukanmu. Yang memang mengharuskan kita jarang berkomunikasi. Resiko saat kau jauh dariku dan tidak dapat bertemu. Saat itulah rasa itu mulai menyeruak, rasa khawatir dan ketakutan memburuku. Aku berharap kamu mau mengajariku lewat kesabaran dan kelembutanmu. Tuntun aku menjadi wanita dewasa. Bukan memarahiku karena memang sejatinya wanita tidak bisa kasari.
Aku ini perempuan pencumburu. Terimakasih sudah mengerti dan tidak memperburuk itu.
Komentar
Posting Komentar