Pantai dan Soffel
Yang paling sulit di mengerti bagiku adalah segumpal daging bernama hati manusia. Yang kerap mengontrol manusia di luar nalar.
Bagaimana tidak, segumpal hati tersebut kerap membuat orang mabuk kepayang, risau dan menjadikan hubungan rumit. Seperti kisah cinta sahabatku yang belum kelar dari jaman biru putih sampai sekarang. Meskipun kisah mereka belum kelar, tapi masing-masing dari mereka sudah pernah berganti judul kisah dengan pemain lain. Aku bahagia menemani mereka, bukan karena aku mendukung mereka berduaan tanpa ikatan setatus. Tapi setidaknya ketika aku menjadi soffel, mereka akan aman dari gigitan nyamuk ð.
Soal menjadi soffel mereka kemarin, ada cerita lucu dibaliknya.
Karena mereka sama-sama sahabatku dari jaman smp, jadi menemani mereka tidak masalah seperti jalan sama temanmu saja. Tapi ada waktu-waktu tertentu yang aku memberikan ruang kepada mereka untuk mengobrol berdua.
Seperti saat kemarin dipantai.
Saat ku duduk bertiga di atas tikar sewaan, dipinggir pantai dibawah pohon. Mereka duduk berdua dibelakangku, aku di depan sambil mendengarkan musik lewat headset, jadi ketika mereka mengobrol aku tak mendengarkan.
Lalu tiba-tiba datang segerombolan pemuda dan beberapa wanita, mungkin salah satu dari kekasih mereka. Mereka menyewa tikar dan duduk disebelah kiri dengan jarak yang lumayan dekat sekitar setengah meteran. Jadi ketika mereka bercanda, aku secara tak sengaja melihatnya. Sungguh mereka kocak sekali membuatku tertawa, ada yang masuk ke pantai dengan cara koprol dari pasir. Ada yang menenggelamkan diri ke pasir, ada yang rebutan sarung. Kadang aku berbisik kepada temanku, "aku pengen guyu kekelen tapi isin". Mereka sepertinya tahu, bahwa aku tertawa melihat tingkah mereka. Setelah mereka asyik main diair, mereka pergi menaiki banana boat.
(orang-orangnya hilang tinggal bajunya).
Karena jadi sepi dan aku tak ingin mengganggu obrolan mereka pribadi.
Aku memutuskan untuk bermain sendiri ditepi pantai bermain pasir-pasiran sungguh kayak anak hilang dari emaknya. Rasanya seperti tanpa beban, menikmati lautan gunung warnya serba biru, juga awan putih bergulung-gulung dan juga deburan ombak.
Ketika segerombolan mereka kembali ke tikar mereka satu persatu dari mereka bermain air lagi tak jauh dari tempatku bermain pasir. Mereka lewat dan melihatku, seperti mau mendekat tapi tak berani.
Namun, salah satu dari mereka duduk disebelahku.
Menanyakan "dewean mbak?" | "ndak mas, enek kancaku mau ndek guri" | "cah telu ae mbak?" | "nggeh, obat nyamuk e mas"| "aku te takok ngono mau tapi sungkan".
Setelah ngobrol sekian lama, baru tahu nama masing-masing. Dia berkata "tapi jennengku lucu mbak", ku jawab "paling sik lucuan jenenge kancaku mas" | " sinten ?" | "sumber jaya". Sekitika dia ketawa. (ah maafkan mber ku jadikan namamu sebagai penghilang canggungku). Tapi serius pertamakali mendengar nama temanku di sebut waktu MOS aku juga ketawa tapi setelah itu biasa saja. Mungkin karena hampir tiga tahun mendengar namanya. Ah semoga kau selalu jadi sumber dari segala sumber mber.
Setelah selesai tahu nama masing-masing. Aku pamit kembali ke temanku dibelakang yang duduk ditikar, karena aku belum sholat asharan. Seketika di bercandain sama nyamuk-nyamuk "ciee intok kenalan".
"Gimana romantis tak? , kenalan sama laki-laki bagus di pinggir pantai dengan di temani senja".
Sewaktu pulang ku iseng, ku search namanya, hanya nama panggilannya ndak tahu, nama panjangnya, dan asal kotanya. di mesin pencarian mbah google. Dan ketemu fbnya, lalu difbnya ada tautan nama ignya. Ku search di ig dan ketemu, ku mengikutinya. Tapi ragu apakah itu beneran media sosialnya. Lalu ku coba tanya apakah itu kemarin dia yang dipantai? Dia mengatakan "iya benaran dia". Lucu ndak sih, dari sekian banyak nama, ndak tahu nama lengkapnya. Tapi nama dia muncul diatas sendiri.
Wahh daebak !
Lalu sekitar semingguan ku lihat dia uploud foto setelah mendaki!
Ndak tahu bagaimana kuasa Tuhan. Tapi kenapa selalu mendekatkanku pada mereka yang suka mendaki gunung! Ini ketiga kalinya.
Bagaimana tidak, segumpal hati tersebut kerap membuat orang mabuk kepayang, risau dan menjadikan hubungan rumit. Seperti kisah cinta sahabatku yang belum kelar dari jaman biru putih sampai sekarang. Meskipun kisah mereka belum kelar, tapi masing-masing dari mereka sudah pernah berganti judul kisah dengan pemain lain. Aku bahagia menemani mereka, bukan karena aku mendukung mereka berduaan tanpa ikatan setatus. Tapi setidaknya ketika aku menjadi soffel, mereka akan aman dari gigitan nyamuk ð.
Soal menjadi soffel mereka kemarin, ada cerita lucu dibaliknya.
Karena mereka sama-sama sahabatku dari jaman smp, jadi menemani mereka tidak masalah seperti jalan sama temanmu saja. Tapi ada waktu-waktu tertentu yang aku memberikan ruang kepada mereka untuk mengobrol berdua.
Seperti saat kemarin dipantai.
Saat ku duduk bertiga di atas tikar sewaan, dipinggir pantai dibawah pohon. Mereka duduk berdua dibelakangku, aku di depan sambil mendengarkan musik lewat headset, jadi ketika mereka mengobrol aku tak mendengarkan.
Lalu tiba-tiba datang segerombolan pemuda dan beberapa wanita, mungkin salah satu dari kekasih mereka. Mereka menyewa tikar dan duduk disebelah kiri dengan jarak yang lumayan dekat sekitar setengah meteran. Jadi ketika mereka bercanda, aku secara tak sengaja melihatnya. Sungguh mereka kocak sekali membuatku tertawa, ada yang masuk ke pantai dengan cara koprol dari pasir. Ada yang menenggelamkan diri ke pasir, ada yang rebutan sarung. Kadang aku berbisik kepada temanku, "aku pengen guyu kekelen tapi isin". Mereka sepertinya tahu, bahwa aku tertawa melihat tingkah mereka. Setelah mereka asyik main diair, mereka pergi menaiki banana boat.
(orang-orangnya hilang tinggal bajunya).
Karena jadi sepi dan aku tak ingin mengganggu obrolan mereka pribadi.
Aku memutuskan untuk bermain sendiri ditepi pantai bermain pasir-pasiran sungguh kayak anak hilang dari emaknya. Rasanya seperti tanpa beban, menikmati lautan gunung warnya serba biru, juga awan putih bergulung-gulung dan juga deburan ombak.
Namun, salah satu dari mereka duduk disebelahku.
Menanyakan "dewean mbak?" | "ndak mas, enek kancaku mau ndek guri" | "cah telu ae mbak?" | "nggeh, obat nyamuk e mas"| "aku te takok ngono mau tapi sungkan".
Setelah ngobrol sekian lama, baru tahu nama masing-masing. Dia berkata "tapi jennengku lucu mbak", ku jawab "paling sik lucuan jenenge kancaku mas" | " sinten ?" | "sumber jaya". Sekitika dia ketawa. (ah maafkan mber ku jadikan namamu sebagai penghilang canggungku). Tapi serius pertamakali mendengar nama temanku di sebut waktu MOS aku juga ketawa tapi setelah itu biasa saja. Mungkin karena hampir tiga tahun mendengar namanya. Ah semoga kau selalu jadi sumber dari segala sumber mber.
Setelah selesai tahu nama masing-masing. Aku pamit kembali ke temanku dibelakang yang duduk ditikar, karena aku belum sholat asharan. Seketika di bercandain sama nyamuk-nyamuk "ciee intok kenalan".
"Gimana romantis tak? , kenalan sama laki-laki bagus di pinggir pantai dengan di temani senja".
Sewaktu pulang ku iseng, ku search namanya, hanya nama panggilannya ndak tahu, nama panjangnya, dan asal kotanya. di mesin pencarian mbah google. Dan ketemu fbnya, lalu difbnya ada tautan nama ignya. Ku search di ig dan ketemu, ku mengikutinya. Tapi ragu apakah itu beneran media sosialnya. Lalu ku coba tanya apakah itu kemarin dia yang dipantai? Dia mengatakan "iya benaran dia". Lucu ndak sih, dari sekian banyak nama, ndak tahu nama lengkapnya. Tapi nama dia muncul diatas sendiri.
Wahh daebak !
Lalu sekitar semingguan ku lihat dia uploud foto setelah mendaki!
Ndak tahu bagaimana kuasa Tuhan. Tapi kenapa selalu mendekatkanku pada mereka yang suka mendaki gunung! Ini ketiga kalinya.
Sungguh lain kali semoga aku di dekatkan pada seseorang yang bukan hanya memperjuangkan gunung saja tapi juga memperjuangkanku dipelaminan.
Komentar
Posting Komentar