Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Asmara diumur 20'an

Dulu di umur belasan tahun kamu mencari pasangan dengan kriteria sesempurna mungkin dan fisik harus oke.  Di umur belasan tahun pacaran sana sini,  putus sini,  cari sana.  Waktu smp-sma diajak main ke rumahnya tentunya dengan teman yang lainnya bahagia gitu mengerti ibu bapaknya, adik,  kakaknya. Tapi ketika kamu berumur 20an,  rasanya mau pacaran saja takut,  diumur 20an ingin dengan satu orang tapi kadang banyak terhalang RAS,  adat istiadat,  wilayah dan lain sebagainnya. Kamu akan takut memilih pasangan,  dan memikirkanya ratusan kali,  sering terjadi pergolakann difikiran "bagaimanakah dengan ibunya, apakah dia menyukaiku?", " bagaimanakah dengan saudara iparku apakah dia menyukaiku,  menerimaku sebagai saudaranya juga?, bagaimanakah dengan sifatku apa dia menerima, apakah dia mau merawat orangtuaku kelak" dan kamupun enggan datang kerumahnya karena takut. . . Di umur 20an kamu biasanya akan sering mengambil keputus...

Yang Perlu Diketahui Sebelum Menikahi Anak Tunggal

Bagaimana sih rasanya menikahi anak semata wayang? Mungkin ada beberapa diantara kita yang bertanya-tanya seperti itu.  Saya ingin sedikit menggambarkan suka-duka menikahi anak semata wayang. Mudah-mudahan beberapa cerita yang saya bagikan bisa menjadi contekan bagi para remaja di luar sana yang sedang menjajaki untuk menikah dengan anak tunggal.  ⏹PENJAJAKAN LEBIH SIMPEL  Saat calon mertua sudah setuju dan menerima kita sebagai calon pasangan sang anak, umumnya proses penjajakan cenderung lebih lancar. Hal tersebut dikarenakan kita tidak perlu usaha ekstra untuk menyenangkan calon kakak/adik ipar. Apalagi membawakan mereka hadiah menarik, atau pura-pura bermuka manis saat membahas topik tertentu yang tidak kita sukai. Kita cukup cari muka sama calon mertua, selesai. ⏹POTENSI FRIKSI LEBIH RENDAH  Memiliki calon pasangan yang tidak memiliki saudara kandung juga dapat menekan potensi gesekan dengan keluarga pasangan. Apalagi karena calon mertua han...

Anak Tunggal Tidak Terkekang

Saat ini usiaku telah lebih dari kepala dua, tepatnya 21 tahun pada bulan Maret lalu. Usiaku yang sudah melewati 17 tahun bagi sebagian orang menganggap dewasa.   Tapi, bagi  kedua orang tuaku itu tidak  berpengaruh, mereka tetap memandangku sebagai anak kecil. Berbagai aturan yang sejak dulu ada seakan tidak akan pernah kadaluarsa. Pernah  ngga  sih kalian merasa dibatasi oleh orang tua kalian? Merasa tidak bebas karena apa2 dilarang?  Anggapan bahwa aku masih tidak bisa melihat mana yang baik dan buruk seolah menjadi alasan mengapa mereka bersikap seperti itu. Selalu “menuntun” anaknya seakan menjadi kewajiban abadi. Mau kemana? Sama siapa? Ngapain aja? Pulang jam berapa? Kok bajunya begini? Kok bawa itu? Jangan begini. Jangan begitu.  Ngga  boleh kesini.  Ngga  boleh kesitu. Terlalu sering kalimat itu terucap, sampai terkadang aku jabarkan dulu semua kegiatan yang akan aku lakukan seharian sebelum mereka sempat berkomentar...