Bersua

Tiga purnama berlalu
Disudut kota kududuk berdua
dengan sosok yang tak asing dipelupuk mata
Yang asing hanyalah cerita kita
.
Ku pesan cappucino hangat,sehangat senyumnya.
Lantas ku bersorak merayakan sua
Kali ini ku memesan secawan rindu
Dan yang ku dapati dingin tak berujung temu
.
Ditemani suara yang berirama panjang
Ku kira mereka menghiburku dengan senandung
Ternyata mengisi hati yang lama tak datang
Dan membawa kenang pada pengingat ulung.
.
Bagai tertusuk belati
Saat kenangan menggrogoti
Senyap namun riuh di jantung hati
Sesak namun tetap kunikmati
.
Masih pantaskah aku berkelana
Dalam rimba penuh tanda tanya
Tanpa aksara yang tak bisa kau eja
Yang tak perlu kau terka
.
Selepas perpisahan
Dua orang berkompetisi dalam hal melupakan
Siapapun yang menang
Saat itulah kita benar-benar hilang
.
Memang salah
Melatakkan bayang begitu dalam celah hati yang rapuh
Menahan yang tak mungkin dimiliki secara utuh
Tak rela ego melepaa, hingga terjatuh
.
Andai kita tengadah pada langit yang sama
Kubisikkan di ufuk sana
Akhirnya ku merayu padaNya.
Untuk menegarkan segumpal daging yang perasa.
.
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Hati Anak Tunggal

Lelaki Sejati Tidak Bermain Barbie.

Nilai Dasar Pergerakan (NDP) sebagai KOMPAS Pengungat dan Petunjuk Insan Pergerakan